Rabu, 12 Maret 2014

Legenda Pulau Timor


Legenda Pulau Timor


coconut trees
pohon kelapa/foto: ary hana
Beberapa tahun kemudian, si bocah telah berubah menjadi pemuda yang gagah. Dia telah melupakan perjumpaannya dengan si bayi buaya. Selama ini hidupnya dihabiskannya di daratan. Ketika melihat lautan, tiba-tiba dia teringat pada bayi buaya itu. Bermaksud hendak membuktikan ucapan bayi buaya itu, maka sang pemuda mulai memanggilnya. Tak berapa lama muncullah buaya besar dari lautan, temannya di masa lalu. Pemuda itu nampak terkejut, hendak lari menjauh. “Ini aku, bayi buaya yang kau tolong dulu,” kata si buaya menenangkan. Rupanya bayi buaya yang ditolongnya dulu telah menjelma menjadi buaya dewasa, sama seperti dirinya.
“Ayo, naiklah ke punggungku,” ajak sang buaya. Dengan ragu-ragu pemuda itu lalu naik ke tubuh buaya. Mereka lalu berenang mengarungi lautan. Sejak saat itu mereka berteman akrab. Bahkan ketika si pemuda telah memiliki istri dan anak, buaya itu menjadi sahabatnya yang setia. Buaya itu melindungi pemuda itu dan keluarganya dari aneka bahaya laut yang mengancam mereka.
Suatu ketika, di saat buaya itu sudah tua dan merasa ajalnya kan tiba, dia menyurh pemuda itu memanggil seluruh keluarganya dan berkata, “Sebentar lagi aku akan mati. Sebelum mati aku akan mencari tempat untuk berbaring sehingga seluruh keluargamu bisa duduk di punggungku.
Tak berapa lama kemudian buaya itu pun mati dan menjelma menjadi Pulau Timor. Sementara pemuda dan seluruh keluarganya tinggal di pulau itu. Mereka mewarisi sifat-sifat baik buaya, seperti kebaikan hati, setia kawan dan adil. Hingga saat ini penduduk Timor memanggil buaya dengan sebutan kakek, dan mereka percaya bahwa kemana pun pergi, kakek buaya akan mengawasi dan melindungi mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar