Selasa, 18 Maret 2014
Keindahan Alam Pulau Timor
Pariwisata
Pariwisata
KRISTO RAJA,DI TIMOR LESTE.
Blog ini digunakan sebagai salah satu media komunikasi untuk menyampaikan informasi mengenai tempat - tempat wisata yang ada di Timor Leste.
Blog ini digunakan sebagai salah satu media komunikasi untuk menyampaikan informasi mengenai tempat - tempat wisata yang ada di Timor Leste.
Industri
pariwisata merupakan industri yang terdiri dari serangkaian perusahaan
yang menghasilkan produk dimana sebagian besarnya merupakan produk jasa.
Pada prinsipnya pariwisata adalah industri yang kelangsungan hidupnya
sangat ditentukan oleh lingkungan, keunikan suatu daerah, budaya dan
pelayanan. Karena itu dalam pembangunan atau pengembangannya, perlu
diperhatikan asas pengelolaan lingkungan, keunikan suatu tempat dan
budaya, serta pelayanan. Melestarikan kemampuan
lingkungan untuk mendukung pembangunan yang berlanjut bukanlah
merupakan hal yang abstrak, melainkan benar-benar hal yang konkrit dan
sering mempunyai efek jangka pendek.
Dengan
meningkatnya jaminan sosial para pekerja di sektor industri dan
intervensi negara yang semakin jauh dalam mengatur hak-hak para pekerja
industri, termasuk hak-hak untuk berlibur dan kewajiban untuk membiayai
liburan para pekerjanya, mengakibatkan maraknya pariwisata sebagai
industri.
Motivasi
wisatawan untu mengunjugi suatu tempat tujuan adalah untuk memenuhi
atau memuaskan beberapa kebutuhan dan permintaan. Biasanya mereka
tertarik pada suatu lokasi karena ciri tertentu.
Ciri-ciri khas yang menarik wisatawan adalah :
1. Keindahan alam.
2. Iklim dan cuaca.
3. Kebudayaan.
4. Sejarah.
5. Ethnicity – sifat kesukuan.
6. Accessibility – kemampuan atau kemudahan berjalan ke tempat tertentu.
Perencanaan
pengembangan pariwisata haruslah memperhatikan daya dukung yang
berdasarkan pada tujuan pariwisata yaitu bersenang-senang. Pada umumnya
Timor Leste belum memberikan perhatian yang serius pada kegiatan
pariwisata baik itu dari Pemerintah, sektor swasta maupun masyarakat.
Ini terlihat jelas karena banyaknya potensi wisata yang belum
teridentifikasi dan dikelolah secara baik serta belum dipasarkan ke Tourist Generation Area.
Bagi
Timor leste, industri pariwisata merupakan peluang yang tidak dapat
dilepaskan begitu saja. Pariwisata harus dapat dikembangkan sebagai
sebuah produk yang menguntugkan dan memiliki prospek yang sangat cerah
di kemudian hari bagi sebuah pembangunan nasional, karena hal ini dapat
terlihat pada data kunjungan wisatawan berikut ini;
Tabel. 1. Data kunjungan wisatawan mancanegara ke Timor Leste
No
|
Tahun
|
Jumlah
|
1
|
2003
|
439
|
2
|
2004
|
2597
|
3
|
2005
|
5817
|
4
|
2006
|
4062
|
Lospalos
adalah salah satu kabupaten di Timor Leste yang berada di ujung timur
pulau Timor yang letaknya 248 km di bagian timur Dili (ibu kota Negara
Timor Leste). Ibukota Lospalos adalah Lautem ialah salah satu kecamatan
di Lospalos. Lospalos mempunyai beragam Potensi wisata yang belum
terolah atau dikelolah secara maksimal untuk dijadikan sebagai salah
satu obyek yang dapat menarik wisatawan berkunjung ke kabupaten
tersebut. Ada beberapa potensi yang dapat dikembangkan menjadi obyek
wiata seperti;
- Potensi Pantai (ualo beach, com beach, berlu beach, Jaco beach, Lore beach);
- Bangunan Peninggalan Portuguese (Benteng di Lautem, Pouzada Tutuala, Kota Pemerintahan lama di Lore);
- Rumah Adat Lospalos yang menjadi ikon rumah bagi Timor Leste;
- Budaya (Tarian Tradisional Lamakbaen yang ditarikan sebagai tarian ucapa syukur bagi hasil panem yang berlimpah, perkawinan secara adat dan lainnya),
- Potensi alam seperti landscape dan hutan lindung (Nino Konis Santana National Park),
- Potensi Karst (gua bergambar / ili kere-kere) dan lainnya.
- Pulau Jaco (adalah salah satu pulau tampa penghuni, dan telah dikadikan sebagai kawasan lindung oleh pemerintah.
- Keindahan bawah laut, yang sangat menarik untuk dilihat dan disaksikan.
Keadaan
alam, budaya dan potensi lainnya yang masih alami dan terpelihara
dengan baik itu menjadi daya tarik yang unik bagi para wisatawan yang
ingin menikmati kegiatan wisata pada kecamatan Tutuala, karena potensi
alam baik itu darat dan laut masih terpelihara secara alami. Sistem
sosio budaya masyarakat Lospalos juga mempunyai daya tarik tersendiri
bagi wisatawan yang berkunjung atau orang yang berkujung ke kabupaten
tersebut, karena sebagian besar dinamika kehidupam masyarakat masih
diwarnai oleh nilai-nilai atau sistem-sistem sosio budaya tradisional.
Budaya
dan keindahan alam dan laut yang masih alami itu memberikan nilai
ekologi penting bagi Lospalos. Keadaan alam dan budaya yang masih
terpelihara membuat kita tertarik untuk melihat alam yang begitu
mempesona, disamping itu juga masyarakat yang berbahasa Fataluku,
makalero dan makasae sendiri menjadi salah satu daya tarik yang dapat
menarik wisatawan untuk mengenal dan mengetahui kehidupan masyarakat.
Berjuta
potensi yang sangat Potensial di kabupaten tersebut akan dapat
mendatangkan keuntungan yang berlipat ganda jika pembangunan dan
pembangunan selalu memperhatikan tiga pilar utama dalam pembangunan
pariwisata yaitu pemerintah, sektor swasta dan masyarakat.
Tutuala, Los Palos............
Tutuala
adalah salah satu Sub Distric Lospalos yang terletak di paling ujung
Timor Leste. mayoritas penduduk Tutuala adalah keturunan Austronesia
dan Melaynesia, dan juga ada beberapa campuran dari Portugal dan
Indonesia. daerah Tutuala tidak asing lagi bagi masyarakat Timor Leste
dan juga para Turis Internsional. hampir semua turis manca negara
mengetahui keberadaan Tutuala. di Tutuala terdapat budaya dan tempat
wisata yang sangat potensial, objek wisata ini bahkan memiliki keunikan
yang berbeda dari daerah lainnya. salah satu objek wisata yang asangat
menarik adalah Pulau Jaco, Pulau ini memiliki keidahan alamiah dan
terdapat juga beberapa spesises hewan liar yang hidup di daerah
tersebut. tetapi suatu hal yang menarik di Tutuala adalah bukan hanya
karena keindahan pantainya, tetapi ada sebuah Gua yang terdapat gambar
mistik yang dianggap sakral oleh warga setempat.
Perkembangan Iptek yang amat sangat cepat, dan menghadapi
situasi kompetisi segala bidang yang semakin deras pada globalisasi
dewasa ini, dunia pariwisata harus memiliki keunggulan kompetitif agar
bisa terjalin kelangsungannya. Salah satu kunci penting pada situasi
demikian adalah peran informasi yang mampu memperkenalkan pariwisata
secara rinci dan mendetail kepada masyarakt luas, dunia usaha atau
industri dan instansi terkait, Penelitian ini menggunakan beberapa referensi yang berhubungan dengan obyek penelitian, referensidiambil dari buku-buku, dan juga diperoleh dari hasil penelitian yang telah dilakukan. Informasi mengenai dunia pariwisata yang ada di Timor Leste masih sangat kurang, sehingga para calon wisatawan biasanya langsung datang ke tempat wisata tanpa mendapatkan Informasi mengenai pariwisata yang ada di Timor Leste. Untuk memudahkan para wisatawan, maka dibuat suatu sistem informasi mengenai pariwisata yang ada di Timor Leste.Dengan menggunakan aplikasi Delphi sebagai Script serta database menggunakan MySQL. |
Rabu, 12 Maret 2014
Legenda Pulau Timor
Legenda Pulau Timor
Pada
suatu hari, seekor bayi buaya yang baru menetas berusaha meninggalkan
laguna tempatnya dilahirkan di sebuah pantai. Dia merayap tertatih-tatih
menuju ke laut, namun tubuhnya yang lemah membuat dia tak berdaya dan
hampir mati. Merasa iba, seorang bocah lalu membawa bayi buaya itu ke
laut. Sebelum berenang ke laut lepas, bayi buaya itu berkata sebagai
tanda terimakasihnya kepada sang bocah, “Jika engkau akan melakukan
perjalanan lewat lautan, panggillah aku, aku akan membantumu.” Lalu dia
menghilang ke laut bebas.
Beberapa tahun kemudian, si bocah telah
berubah menjadi pemuda yang gagah. Dia telah melupakan perjumpaannya
dengan si bayi buaya. Selama ini hidupnya dihabiskannya di daratan.
Ketika melihat lautan, tiba-tiba dia teringat pada bayi buaya itu.
Bermaksud hendak membuktikan ucapan bayi buaya itu, maka sang pemuda
mulai memanggilnya. Tak berapa lama muncullah buaya besar dari lautan,
temannya di masa lalu. Pemuda itu nampak terkejut, hendak lari menjauh.
“Ini aku, bayi buaya yang kau tolong dulu,” kata si buaya menenangkan.
Rupanya bayi buaya yang ditolongnya dulu telah menjelma menjadi buaya
dewasa, sama seperti dirinya.
“Ayo, naiklah ke punggungku,” ajak sang
buaya. Dengan ragu-ragu pemuda itu lalu naik ke tubuh buaya. Mereka lalu
berenang mengarungi lautan. Sejak saat itu mereka berteman akrab.
Bahkan ketika si pemuda telah memiliki istri dan anak, buaya itu menjadi
sahabatnya yang setia. Buaya itu melindungi pemuda itu dan keluarganya
dari aneka bahaya laut yang mengancam mereka.
Suatu ketika, di saat buaya itu sudah tua
dan merasa ajalnya kan tiba, dia menyurh pemuda itu memanggil seluruh
keluarganya dan berkata, “Sebentar lagi aku akan mati. Sebelum mati aku
akan mencari tempat untuk berbaring sehingga seluruh keluargamu bisa
duduk di punggungku.
Tak berapa lama kemudian buaya itu pun
mati dan menjelma menjadi Pulau Timor. Sementara pemuda dan seluruh
keluarganya tinggal di pulau itu. Mereka mewarisi sifat-sifat baik
buaya, seperti kebaikan hati, setia kawan dan adil. Hingga saat ini
penduduk Timor memanggil buaya dengan sebutan kakek, dan mereka percaya
bahwa kemana pun pergi, kakek buaya akan mengawasi dan melindungi
mereka.
SEJARAH ASAL-USUL MANUSIA BELU, TIMOR DAN KEPULAUANNYA
SEJARAH ASAL-USUL MANUSIA BELU, TIMOR DAN KEPULAUANNYA
Belu merupakan salah satu dari 21 kabupaten yang ada di Provinsi
Nusa Tenggara Timur. Letaknya di Pulau Timor. Luas Kabupaten Belu adalah
2.445,57 Km2. Pada sensus penduduk tahun 2010 ini, tercatat, penduduk
Kabupaten Belu adalah sebanyak 352.400 jiwa. Penduduk Kabupaten Belu
adalah yang terbesar nomor dua, sesudah penduduk Kabupaten Timor Tengah
Selatan. Ibukota Kabupaten Belu adalah Atambua. Atambua merupakan kota
terbesar kedua di Pulau Timor, sesudah Kupang. Penduduk Kota Atambua
tercatat sekitar 75,000 jiwa.
Penutur adat Kabupaten Belu, yang dijuluki gelar Mako’an, menuturkan bahwa konon Pulau Timor ini belum muncul ke permukaan. Semua masih ditutupi air. Dan kita bisa membayangkan itu dengan jaman es (atau Jaman Glasial) yang terjadi sekitar 500 atau 600 ribu tahun silam. Dalam dunia ilmu pengetahuan, Jaman Glasial merupakan bagian dari Masa Neozoikum, khususnya Periode Pleitosen (Dilluvium) … yang ditandai pula dengan munculnya manusia raksasa (bdk. Science Daily, 27 Mei 2010).
Konon, seluruh permukaan bumi tertutup air, termasuk di Timor. Namun pada suatu ketika, di Timor, muncullah sebuah titik, yang ternyata itu adalah puncak tertinggi dari keseluruhan Pulau Timor kelak. Titik kecil itu muncul dan bersinar sendiri! Orang di generasi sesudahnya menggambarkan kembali titik bumi yang muncul itu dengan sapaan adat: Fo’in Nu’u Manu Matan, Foin Nu’u Bua Klau. Foin Nu’u Etu Kumun, Foin Nu’u Murak Husar. Baru Seperti Biji Mata Ayam, Baru Seperti Potongan Sebelah Buah Pinang, Baru Sebesar Gumpalan Nasi Di Tangan, Baru Sebesar Pusar Mata Uang. Dan titik kecil itulah yang kelak dikenal dengan Gunung Lakaan sekarang, sebagai puncak tertinggi di Kabupaten Belu! Oleh karenanya, tidaklah heran kalau Orang Belu menjuluki puncak itu dengan nama Foho Laka An, Manu Aman Laka An, Sa Mane Mesak, Baudinik Mesak. Gunung Yang Memiliki Cahaya Sendiri, Ayam Jantan Merah Bercahaya Sendiri, Seperti Lelaki Tunggal, Seperti Bintang Tunggal.
Dan di puncak Gunung Lakaan ini pula, diyakini oleh masyarakat Kabupaten Belu, lahirlah Manusia Pertama Belu. Sebenarnya ada nama yang dikenakan kepada Leluhur Pertama Orang Belu yang pertama kali hidup di Puncak Gunung Lakaan. Manusia pertama di Belu ternyata seorang Puteri Cantik.
Berikut ini cuplikan catatan tentang Leluhur Pengasal Manusia Belu:
“Menurut cerita orang tua-tua di Belu, pada jaman dahulu kala, seluruh Pulau Timor masih digenangi air, kecuali puncak Gunung Lakaan. Pada suatu hari turunlah seorang putri dewata di puncak gunung Lakaan dan tinggallah ia di sana. Putri dewata itu bernama Laka Loro Kmesak yang dalam bahasa Belu berarti Putri tunggal yang tidak berasal usul. Laka Loro Kmesak adalah seorang putri cantik jelita dan luar biasa kesaktiaannya. Karena kesaktiannya yang luar biasa itu, maka Laka Loro Kmesak dapat melahirkan anak dengan suami yang tidak pernah dikenal orang.
Para Mako’an Belu mengatakan bahwa “Suami” atau “Leluhur Lelaki” yang tidak dikenal itu, yang “menghampiri” Leluhur Perempuan (Laka Loro Kmesak), kelak lebih dijuluki dengan Gelar: Manu Aman Lakaan Na’in. Artinya Tuan dari Puncak Jago Lakaan. Karena kerahasiaan itu tetap terjaga sampai tidak disebutkan Nama, maka Laka Loro Kmesak disebut pula dengan nama Na’in Bilak An yang artinya berbuat sendiri dan menjelma sendiri.
Beberapa tahun kemudian Putri Laka Loro Kmesak berturut-turut melahirkan dua orang putra dan dua orang putri. Kedua putranya diberi nama masing-masing, Atok Lakaan dan Taek Lakaan. Sedangkan kedua putrinya masing-masing diberi nama : Elok Loa Lorok dan Balok Loa Lorok.
Setelah keempat putra-putri ini dewasa mereka dikawinkan oleh ibunya karena di puncak gunung tidak ada keluarga lain. Atok Lakaan kawin dengan Elok Loa Larak dan Taek Lakaan Kawin dengan Balok Loa Lorok. Kelak keturunan Manu Aman Lakaan inilah yang kelak memenuhi Tanah Belu, Timor Leste, Dawan, Rote, Sabu, Larantuka atau Lamaholot di Pulau Flores bagian Timur.”
Tidaklah heran kalau masyarakat Belu kebanyakan menganut paham matrilineal karena kisah Tuan Putri Laka Loro Kmesak ini. Walau akhirnya dalam sejarah yang panjang, anak-cucu Manu Aman Lakaan mengembangkan pula sistem patrilineal dengan mem-faen kotu seorang istri untuk dimasukkan ke rumah suku lelaki, itu merupakan pengembangan lebih lanjut atau penafsiran terhadap sistem matrilineal yang sudah ada sejak leluhur, di mana, perempuan yang di-faen-kotu, memiliki arti bahwa perempuan itu sangat tinggi harkatnya dan sangat disanjung sehingga suku suami, rela mengorbankan harta bendanya demi mendapatkan perempuan baru sebagai anggota inti rumah suku sang suami.
***
Menilik kisah leluhur dari Manu Aman Lakaan di atas, kita mengerti bahwa generasi inilah, yang merupakan penghuni asli dan pertama di pulau Timor. Karena leluhur tercinta Laka Loro Kmesak tidak berasal dari salah satu tempat lain, tetapi turun ke puncak Gunung Lakaan, maka Beliau dijuluki Turu-Monu … menetes dari atas, jatuh dari atas. Semua generasi Turu-Monu inilah yang kelak dijuluki: Fohonain, Rainain, pemilik gunung, pemilik tanah, Ainain, Fatuknain, Pemilik Pohon Besar, Pemilik Batu Besar.
Dalam perkembangan selanjutnya, ketika seluruh tanah Timor mulai terlihat, karena air mulai mengering, sebagian anak-anak dan cucu-cucu dari Puncak Gunung Lakaan pun mulai menyebar, tidak hanya di sekitar kaki Gunung Lakaan, namun juga sampai ke Mandeu, Naitimu, Lidak, Jenilu, Lakekun, Litamali, Alas, Biboki, Insana, Wehali, Maukatar, Lubarlau, Ramelau, Sabu, Rote bahkan Flores.
Dan kelak, ketika keturunan Manuaman Lakaan yang di tempat-tempat lain, berkembang biak, mereka mendatangi lagi Gunung Lakaan dan mereka dianggap saudara-saudari yang sudah moris kdok, tubu-kdok, wa’i kdok, bea kdok. Fila nikar Fohorai, To’o nikar Fohorai. Dan karena mereka di tempat mereka sebelumnya, mereka pun sudah tinggal menetap dan berkuasa atas tanah dan gunung yang baru, mereka seolah-olah memiliki dua kewarganegaraan, warga di tempat baru, atau pun warga di Gunung Lakaan sendiri. Maka ada istilah, Ba ne’e ba uma, mai ne’e mai uma. Artinya, ke sana pun rumah, ke sini pun rumah. Bukanlah negeri asing, dan bukanlah pendatang. Mereka inilah yang kelak dijuluki Raioan, Foho Oan. Artinya Anak-cucu dari Tanah Ini dan Anak-cucu dari Gunung ini … artinya mereka sudah pernah marantau toh kembali juga kepada haribaan Bumi Pertiwi Lakaan.
Selain itu, ada juga kelompok yang lebih jauh datangnya …. Dari Asia, dari Malaka, menyinggahi berbagai pulau, berbagai pelabuhan, namun terus mencari kalau Timorlah yang mereka cari. Pencarian akan Timor ini pun memungkinkan karena anak-cucu Manuaman Lakaan sudah tersebar luas ke mana-mana, dan mereka mengisahkan kepada orang luar bahwa Timor adalah tanah impian, negeri Putri Laka Loro Kmesak yang adalah Tuan Putri yang Sakti. Dan sebagaimana sudah disinggung di atas, kalau Sang Putri yang merupakan Leluhur Orang Timor itu, entah dengan kesaktiannya, menjumpai Sang Pangeran dari Asia atau dari mana pun? Ini juga menjadi daya pikat orang-orang yang merasa kalau ternyata Sang Putri ada ikatan juga dengan mereka. Kehadiran kelompok ini dijuluki: Dina Oan Bada Oan. Artinya Orang-orang yang tiba di Timor dari tempat jauh, mereka mungil, elok dan molek, dikasihi, dan dimanjakan. Rupanya Keturunan Asli Manuaman Lakaan berbadan tegap dan besar. Mereka yang terhitung dalam kelompok Dina Oan-Bada Oan, cantik, mungil, patut dikasihi, karena dalam misteri tertentu, leluhur mereka dan leluhur Manu Aman Lakaan Nain masih ada ikatan rahasia.
Kelompok Dina Oan – Bada Oan ini menurut para Mako’an Belu, terdiri atas empat gelombang kedatangan, masing-masing:
1. Ema Melus. Besar kemungkinan berasal dari Asia Tenggara, namun pernah lama di Melanesia (Pasifik).
2. Ema Lubu-Doha. Besar kemungkinan berasal dari dari Asia Tenggara namun pernah lama di Luwuk-Donggala (Sulawesi), melewati Larantuka dan Lamaholot.
3. Ema Luta Rato Jo Pata atau Luta Tefa, kemungkinan berasal dari India, namun pernah lama di Sumatra, melewati Sumbawa, Flores, Sumba.
4. Ema Kisar Sit, kemungkinan berasal dari Asia Tenggara, namun pernah lama menetap di Maluku.
5. Sina Mutin Malaka, kemungkinan berasal dari Cina Selatan dan Malaka.
Boleh dibilang kalau kebanyakan orang-orang Dina-Bada datang dari Asia-Pasifik, Asia Tenggara dan Selatan. Ini memang cukup beralasan, karena ras Timor memang lebih merupakan campuran antara ras Asia Tenggara, Asia Selatan dan Pasifik. Namun, untuk kebudayaan Timor, paduan antara Turu-Monu dan Kisar Sit, konon dinilai lebih dominan. Ini bisa terlihat dari relasi Tihar (gendang di Belu) dan tifa (di Maluku). Kain tenun ikat Timor dan Maluku yang sangat bermiripan. Tentu akar budaya Maluku sendiri tidak bias dilepaskan dengan akarnya yang bias saja berasal dari kebudayaan sekitar Asia Tenggara (seperti Thailand, Vietnam, Myanmar, Laos, Malaysia) dan Asia Selatan (India).
Dalam rentang waktu yang lama, gelombang Dina Oan-Bada Oan susul-menyusul tiba di Timor. Dan begitu tiba, mereka selalu membawa peradaban baru sesuai kultur yang mereka kenal sebelumnya. Entah itu merabu, berburu, bertani, menenun, menyadap tuak, pandai besi, logam, beternak, sampai nelayan. Mereka pun memperkenalkan budaya gong (tala), tambur kecil (tihar), tambur besar (tuhun) dan seterusnya.
Selain terjadi interaksi social di antara mereka, yakni penduduk asli dan kelompok dina-bada, terjadi pula hubungan kawin-mawin yang mana kian lama, kian mengikatpadukan mereka semua, menjadi anak-anak yang bertumbuh bersama di bumi Timor, dan khususnya menjadi orang Belu.
Bahasa-bahasa yang ada di Timor, misalnya Tetun, Dawan, Sabu, Rote, Kemak dan Bunak, selain punya kesamaan atau kemiripan tertentu antarmereka (bahasa-bahasa itu), juga kalau disimak lebih jauh, tidak terlalu jauh juga relasinya dengan Bahasa-bahasa di Asia Selatan (India), dan lebih khusus lagi ada relasi lebih kuat dengan Bahasa-Bahasa Asia Tenggara seperti Bahasa Melayu, Bahasa-Bahasa Nusantara, Tagalok serta Bahasa-Bahasa Pasifik.
Menurut penelitian para ahli Bahasa, Bahasa Bunak lebih erat terkait dengan Kultur Pasifik. Bahasa Tetun lebih terkait dengan Unsur Melayu. Namun karena hidup bersama yang terjadi ratusan bahkan ribuan tahun, kelak, terasa bahwa antara bahasa-bahasa di Timor sendiri, telah terjadi pengaruh-mempengaruhi satu sama lain.
Identitas Pribadi
Nama saya Mely. Saya seorang siswi kelas XI. Saya bersekolah di Smk Sint. Gabriel Maumere. Saya tinggal bersama ibu dan ketiga saudara saya. Saya putri dari bapak Moses Dacosta dan ibu Yustina marcal.
Langganan:
Postingan (Atom)